
Anak Ray Sahetapy, Surya Sahetapy, kini menjadi dosen di Amerika. Dia berbagi pengalamannya dalam mengajar dan hidup di lingkungan yang inklusif terhadap komunitas tuli.
Surya Sahetapy saat ini mengajar linguistik bahasa isyarat serta sejarah dan budaya tuli kepada mahasiswa dari berbagai latar belakang, baik yang tuli maupun yang dengar.
“Saya (sebagai dosen di Amerika) mengajarkan linguistik bahasa isyarat dan juga sejarah tuli, budaya, jadi mahasiswanya semua tercampur, antara orang dengar dan tuli, tapi mereka sudah terbiasa dengan orang-orang tuli karena sejak SMA sudah beberapa kali ketemu,” kata Surya Sahetapy saat ditemui di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Jumat (4/4/2025).
Lebih lanjut, ia juga mengungkapkan keberuntungannya tinggal di kota yang memiliki populasi tuli cukup besar dan masyarakat yang sudah terbiasa berinteraksi secara inklusif.
“Saya beruntung karena saya tinggal di Rochester, di New York, cukup dekat dengan Kanada. Total 70 ribu tuli tinggal di sana, orang dengarnya juga sudah terbiasa ketemu sama orang-orang tuli di restoran dan biasa komunikasi,” tuturnya.
Surya Sahetapy berharap kondisi serupa bisa terjadi di Indonesia. Meski saat ini sudah ada universitas yang menawarkan mata kuliah bahasa isyarat, menurutnya jumlahnya masih sangat terbatas.
“Mudah-mudahan Indonesia bisa mulai seperti itu, karena ada mata kuliah isyarat di Indonesia memang ada, tapi hanya satu universitas lagi, tapi mudah-mudahan SDM di Indonesia bisa bertambah lagi lebih banyak,” ujar Surya Sahetapy.
Tak hanya itu, Surya Sahetapy juga memiliki rencana besar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S3 demi membuktikan bahwa penyandang disabilitas tuli juga mampu berkontribusi di dunia akademis.
“Saya rencananya mau lanjut S3, ingin menunjukkan bahwa tuli itu bisa berkarya di dunia akademis. Jadi kesempatan untuk teman-teman tuli, jadi suritauladan juga buat teman-teman tuli di Indonesia,” harapnya.
Sebagai penutup, Surya Sahetapy menyampaikan harapannya agar ke depan ada lebih banyak kolaborasi yang melahirkan program pendidikan khusus yang mendukung komunitas tuli, termasuk di bidang seni dan teater.
“Mudah-mudahan ke depannya bisa kolaborasi dan bikin contoh baik, mungkin bikin satu universitas yang punya program jurusan tuli atau departemen teater yang terkait bahasa isyarat atau sekolah teater khusus tuli,” pungkasnya.